Program Bilingual
Class merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh lembaga IPDN untuk
meningkatkan sumber daya manusia di IPDN dan sebagai salah satu langkah
mempersiapkan lembaga guna menghadapi ASEAN
Community yang akan dibentuk pada tahun 2015. Program ini difasilitasi oleh
Unit Laboratorium Komputer dan Bahasa IPDN kampus Jatinangor dan bekerja sama
dengan National English Centre (NEC),
yang akan membantu IPDN dalam mengimplementasikan program bilingual bagi praja
IPDN.
Setelah pelaksanaan program English Camp untuk dosen IPDN pada bulan Februari 2012 dan sebelum implementasi program bilingual class, dilakukan seleksi bagi seluruh nindya praja. Sebagai awal seleksi, telah dilaksanakan di 4 kampus daerah yang meliputi kampus Bukittinggi dan kampus Rokan Hilir pada tanggal 23 s.d. 24 April 2012 serta kampus Makassar dan kampus Manado pada tanggal 26 s.d. 27 April 2012. Pada tahap berikutnya, kegiatan seleksi ini akan dilaksanakan di kampus Jatinangor pada bulan Juni 2012, yang akan diikuti oleh sekitar 1.000 orang nindya praja. Tujuan dilaksanakannya program ini adalah untuk menyeleksi nindya praja yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik dan akan dipersiapkan dalam kegiatan perkuliahan di kelas bilingual, sehingga dapat menjadi kelas percontohan penerapan bilingual di IPDN yang nantinya diharapkan dapat diterapkan bagi seluruh praja IPDN. Hasil seleksi ini akan mempersiapkan 160 orang nindya praja yang memiliki score terbaik dari beberapa kampus, tempat pelaksanaan seleksi berlangsung yang meliputi kampus Bukittinggi, kampus Rokan Hilir, kampus Makassar, kampus Manado serta kampus Jatinangor (seleksi pada bulan Juni 2012).
Tes
yang telah dilaksanakan dalam seleksi bilingual
class di kampus daerah ini menggunakan TOEIC
(Test of English as International
Communication). Adapun materi soal yang diujikan
terdiri dari 200 soal yang meliputi structure,
vocabulary, text, dan listening.
Selain itu, para praja juga membuat essay
berbahasa Inggris mengenai lowongan pekerjaan. Tes essay diujikan, untuk menilai perbendaharaan kosa kata (vocabulary) serta kemampuan praja dalam
menyusun kata-kata dalam bahasa Inggris. Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan pengajar
ketika akan mengimplementasikan bilingual di kelas.
Hasil seleksi dideskripsikan dalam lampiran-lampiran meliputi: (1) descriptors: penjelasan tentang nilai TOEIC (correlation table TOEIC score descriptors); leveling yang diperoleh peserta (TOEFL ITP); dan kemampuan peserta pada level-level tersebut, (2) leveling: hasil seleksi nindya praja di 4 kampus IPDN meliputi test written (listening and reading), writing, serta score yang diperoleh (TOEIC score descriptions), (3) hasil seleksi dari 4 kampus IPDN dengan nama-nama nindya praja; score descriptors; dan score IPDN campus (score rata-rata yang diperoleh untuk ke-4 kampus).
Hasil tes menggambarkan bahwa nindya praja yang memperoleh score terbaik ada empat orang, yaitu: (1) Muhammad Zulkifli (kampus Makassar), dengan score 895 (profient - listening and reading: 815; writing: 80); (2) Amirul Febrianto (kampus Bukittinggi), dengan score 890 (profient – listening and reading: 800; writing 90); (3) Agus Priyadi (kampus Makassar), dengan score 875 (profient – listening and reading: 800; writing: 75); (4) Ario Febri Wicaksono (kampus Bukittinggi) dengan score (profient – listening and reading: 775; writing: 90). Sedangkan dari hasil seleksi seluruh nindya praja di 4 kampus daerah, score yang diperoleh masing-masing kampus setelah penghitungan rata-rata adalah: (1) kampus Bukittinggi tertinggi, dengan score: 437, menyusul kemudian (2) kampus Makassar dengan score: 422; (3) kampus Manado dengan score: 407; serta (4) kampus Rokanhilir, score: 362. |
[Tanpa judul] >